Selasa, 05 Januari 2010

Kombes Irsan Wijaya dimata anggotanya


Sebentar tapi berkesan

Dikepolisian sosok seorang wakil kepolisian memang terlihat santai dan mengayomi para anak buahnya di lingkungan internal, bahkan bisa dikatakan sebagai lompatan jabatan saja untuk mencari job jabatan yang lebih mantap lagi. Namun hal tersebut tidak dialami oleh Irsan Wijaya, selain untuk melakukan pengawasan ke internal kepolisian juga melakukan paradigma atau budaya baru yang kerap dinilai tegas, keras serta mendidik hingga disebut dengan bapak “Apel Pagi’. Bagaimana kiprah seorang Wakapolda Kalteng, Kombes irsan Wijaya, dalam sisa sisa jabatanya “sebentar menjabat namun berkesan ‘ dan membekas di benak para anggota, apa yang menjadi motto waka yang memberi warna di Polda Kalteng ini. Berikut wawancaran wakapolda kalteng Kombes Irsan Wijaya (1982)bersama wartawan Palangka Pos, Giben,sebelum sertijab.

Sepintas saat menjabat Wakapolda 12 Februari 2009 lalu, Kombes Irsan Wijaya terlihat garang dan santai dalam melakukan kepemimipinan kedalam lingkungan kepolisian. Namun setelah melihat dan mulai bekerja selama satu minggu, jiwa disiplin taruna 1982 itu langsung mulai diperlihatkan. Kontan anggota terkejut, kenapa?, pasalnya lelaki asal Palembang berwatak periang itu mengibarkan gendering disiplin anggota, dengan melakukan kegiatan apel pagi tidak boleh ada yang terlambat atau ngakal. Alhasil banyak juga anggota yang gelabakan, hal itu dimaksudkan untuk membuat para anggotanya disiplin, tanggung jawab dan juga cepat melakukan playanan masyarakat terlebih lagi uhtuk mengajarkan sauri tauladan tidak hanya dengan kata kata melainkan perbuatan.” Memang awalnya anggota terkejut karena sebelumnya santai santai saja, namun setelah Saya canangkan disiplin yang ketat dimulai dengan apel pagi anggota terlihat gelabakan. Jadwal Saya buat dan Saya hadir untuk konsekwen terhadap perintahkan untuk memberikan contoh. Memang pencanangan itu ada yang pro dan kontra, tetapi itulah bentuk sesuai perintah. Memang Saya akui sisi negatifnya anggota yang merasa terusik karena tidak bisa lagi bersantai santai harus ikut apel pagi. Tetapi setelah dalam kurun waktu tiga bulan lebih Saya melihat adanya perubahan yang signifikan para anggota disiplinya kuat dan peningkatan kerja terlihat khususnya pelanggaran anggota menurun. memang ada beberapa yang melanggar namun hal tersebut langsung di respon positif karena Polisi di Kalteng ini Saya memandang masih memikirkan budaya malu, karena kalau sampai beberapa kali tidak apel pagi saja dia akan membuat pleton tersendiri di barisan apel mencontohkan bahwasanya anggota yang membangkang. Hal ini berjalan mulus serta ditanggapi positif untuk kinerja pelayanan dimasyarakat,” ujar pria murah senyum yang pernah menjabat sebagai kapolres Tim Tim di tahun 1999 itu.
Pria yang sespati 2006 itu mengatakan kalau di internal Polda Kalteng tidak ada pengecualian dalam melakukan tindakan hukuman, meskipun hanya teguran dan tertulis hukuman disiplin juga digalakan untuk memberikan perobahan kepada para anggota yang seringkali melakukan pelanggaran. Setelah semuanya dilakukan teguran anggota berhak dilakukan hukuman disiplin, tetapi yang berat lagi kalau selama tiga kali melakukan pelanggaran dan sudah di sidang nantinya akan keluar surat keputusan disiplin (SKD) hingga sidang kode etik. ” Alhamdulillah, selain anggota masih ada rasa malu juga bersikap melakukan pembenaran atau ikut aturan karena dirinya akan malu sendiri karena hal itu akan terus dipantau dan menjadikan pemantauan baik untuk menjabat suatu jabatan, kenaikan pangkat dijadikan perhitungan. Ada pernah pengalaman saat apel pagi, pihak provam mau mengumumkan ada anggotanya yang tidak ikut apel, namun belum diumumkan salah satu anggota pingsan, ternyata yang pingsan tersebut anggota yang merasa malu karena dirinya merasa tidak ikut apel tanpa keterangan. Sejak itulah tidak ada lagi anggota yang melanggar atau tidak ikut apel pagi dengan siang hari,” tutur pria yang menjabat 11 bulan wakapolda kalteng tersebut sembari tersenyum.
Drinya yakin anggota Polda Kalteng akan berkembang kepada yang lebih baik, asalkan disiplinya tinggi, sehingga sejak pagi hari pelayanan kepada masyarakat akan terlayani seperti halnya pelayanan lalu lintas di jalan yang banyak kemacetan sampai jalan sunyi anggota istirahat dan kemudian mlakukan pelayanan kembali hingga berjalan dnegan lancar dan aman. ” Setiap kali melakukan pertemuan dan apel pagi dan siang bersama anggota, Saya tegaskan terus menerus untuk disiplin dan mencanangkan motto mari berubah untuk menjadi lebih baik, agar terus mengabdi dalam melayani masyarakat mendapat kepercayaan,”.
Dari hal hal disiplin ketat itu, ternyata Wakapolda yang dipercaya Kapolri menjadi Seslem AKPOL pada 29 Desember 2009, ternyata mempunyai keunikan dan kelucuan. Setiap kali melakukan arahan selalu diawali dengan canda dan goyonan khas ala waka dan itu dikenal para anggotanya. Waka dinilai mmberi warna trsendiri di Polda Kalteng, humanis, humoris dan ahli menyanyi juga dinilai sosok pimpinan yang mengayomi anak buahnya. ” Meskipun hanya sebentar namun ada membuat sedikit perubahan di Polda Kalteng ini. Banyak anggota mengatakan, Saya merubah suasana dan bapak disiplin ketat, meski ada pro dan kontra tetapi itu akan dirasakan bagi anggotanya sendiri di kemudian hari,”tegasnya sembari mengatakan dirinya juga harus komit dalam memerintah.
Saat ditanyakan apa yang membuat kebanggaan bertugas di Kalteng, perwira yang sebentar lagi menjabat bintang itu hanya mengatakan penerapan disiplin dan diikuti anggotanya.” Bangganya bisa merubah tipikal anggota dan diikutin dalam melakukan pelayanan terhadap masyarakat yakni disiplin,” cetusnya singkat.
Lantas bagaimaimana kehidupan di Bumi tambun Bungai.” Selain di lingkungan Poldanya baik, juga kerukunan antar ummat beragama di Kalteng ini tidak ada duanya. Tidak ada di wilayah lain di Indonesia ini, selama 27 tahun menjadi Polisi, di Kalteng kamejemukan, silaturrahmi serta masyarakatnya sangat memberikan arti kebersamaan. Misalanya saja saat perayaan keagamaan lintas agama saling silaturrahmi. Warganya ramah ramah. Namun Satu yang tidak ada di pelosok negri indonesia ini, masakanya. Saya senang dan makanan khas Saya saat mengajak tamu tamu Saya, yakni sayur rotan. Nah itukan ga ada dimana, Cuma di Kalteng ini aja, itu yang membekas di benak Saya. Kalau nanti Saya kembali ke Kalteng ini, tujuan pertama Saya adalah makan sayur rotan,” ujarnya sembari tertawan menceritakan pengalamanya di dinas di Kalteng.
Meski demikian, kenakangan tinggal kenangan, kesan seorang calon Jendral besar itupun tidak akan terkubur dalam sejarah dalam memimpin kepolisian, bahkan dirinya berpesan kepada anggotanya tingaktkan disiplin ketat untuk melayanai, mengayomi dan melindungi masyarakat. ” Saya atas nama pribadi dan sebagai wakapolda, mengucapkan permintaan maaf apabila dalam melaksnakan tugas ada kesalahan dan kehilafan, baik kepada anggota dan juga masyarakat di Kalteng ini,’ paparnya.###

Tidak ada komentar:

Posting Komentar